METODE SAS
(STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK) DALAM PENINGKATAN MEMBACA PERMULAAN DI KELAS I SEKOLAH DASAR
Wilujeng Setyani1, Suhartono2, Imam Suyanto3 PGSD FKIP
Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A Panjer, Kebumen Email
hepiajeng@gmail.com
stract: SAS method (Structural Analytical Synthetic) In
Beginning Reading Improvement in I Grade
Primary School. This research aim to describe: a stepby-step method of
SAS (Structural Analytical Synthetic) that can improve beginning reading and
improved reading skills beginning first grade elementary school students. This
research uses classroom action research conducted in three cycles, each cycle
includes the planning, implementation, observation and reflection. The results
include: the use of measures SAS method can work well and improve the I grade read the beginning of elementary
school. Key words: beginning reading.
SAS method
Abstrak:
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dalam Peningkatan
Membaca Permulaan di Kelas I Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan: langkah-langkah metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) yang
dapat meningkatkan membaca permulaan dan peningkatan keterampilan membaca
permulaan siswa kelas I SD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus mencakup tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasilnya meliputi: penggunaan
langkah-langkah metode SAS dapat berjalan dengan baik dan meningkatkan membaca
permulaan siswa kelas I SD. Kata Kunci:
membaca permulaan, metode SAS
PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa
Indonesia meliputi empat aspek yaitu menyimak, ber- bicara, membaca dan
menulis. Keterampil- an membaca memiliki peranan yang sangat penting.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar meng- ajar
di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa
yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami
kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai
buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis
yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan
teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Pembelajaran
membaca di SD dilaksanakan di kelas-kelas awal disebut pelajaran mem
baca permulaan. Tujuan membaca permulaan di kelas I SD
sebagaimana dinyatakan Brata (2009) adalah “Agar siswa dapat membaca kata-kata
dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat” (hlm. 4). Kelancaran dan
ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh
keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I SD. Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses
belajar mengajar, kondisi sekolah, serta
peninjauan dari bidang akademik dan nonakademik melalui dokumen atau arsip
sekolah, diperoleh hasil bahwa keadaan Sekolah Dasar Negeri 2 Ayamputih khususnya pada kelas I tahun ajaran 2011/2012 kurang mampu memahami konsep membaca dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas. Siswa kelas I SD merasa kesulitan dalam
membaca sehingga banyak menunjukan rasa kebosanan seperti main-main sendiri dan
mengabaikan guru.
Ditinjau dari keadaan fisik sekolah yaitu ruang kelas I SD
memang sudah memenuhi syarat yang baik untuk proses belajar mengajar. Setelah
dilakukan pengamatan secara seksama terhadap proses pembelajaran membaca,
ditemukan bahwa penggunaan metode pembelajaran
membaca kurang bermakna. Pembelajaran membaca yang dilakukan guru selama ini yaitu dimulai dengan mengenalkan huruf lepas
abjad dari a sampai z baik itu huruf kapital ataupun huruf kecil kemudian
peserta didik menghafal huruf abjad dari
a sampai z. Setelah peserta didik hafal, guru mencoba menerapkan metode eja
dalam membaca kata. Penggunaan metode
abjad dan metode eja masih belum cukup
memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami konsep membaca dengan baik.
Dengan penggunaan metode tersebut, kemampuan siswa mengkonversi simbol ke dalam
bunyi yang tepat berlangsung sangat lambat. Hal ini terjadi sesuai dengan
pernyataan Perfetti (1992) bahwa karena pada saat mengidentifikasi kata, siswa
memerlukan informasi lain yang berasal dari
pengalaman mereka untuk dapat
mengenal kata (Yuniawati, 2008: 3). Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu metode yang mampu memberikan kemudahan dalam
memahami konsep membaca permulaan dan mampu meningkatkan keterampilan membaca
permulaan siswa. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah metode yang
disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD.
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan
operasional dengan urutan: Struktural
metampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik
melakukan penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula. Metode SAS
berlandaskan beberapa prinsip, yaitu prinsip lingustik (ilmu bahasa) yang
memandang satuan bahasa terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat
dibentuk oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya yakni kata, suku kata, dan fonem
(huruf-huruf); metode SAS juga
mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu,
pengajaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang
dikenal dan diketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap
daya ingat dan pemahaman anak; prinsip inkuiri (mentemukan sendiri). Anak
mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap
seperti ini akan membantu anak dalam mencapai keberhasilan belajar (Solchan,
dkk., 2010). Akhadiah, Arsjad, Ridwan, Zulfahnur dan Mukti menambahkan ada
beberapa alasan yang mendasari penggunaan metode SAS antara lain: a) Pada
dasarnya bahasa merupakan ucapan bukan tulisan; b) Unsur bahasa terkecil yang
bermakna adalah kata; c) Setiap bahasa mempunyai struktur bahasa yang berbeda
dengan bahasa lain; d) Pada awal sekolah setiap anak telah menguasai bahasa
ibu; e) Bahasa ibu dikuasai siswa tanpa kesadaran tentang aturan-aturan dalam
bahasa tersebut; f) Potensi berbahasa siswa perlu dikembangkan; dan g) Dalam
mengamati sesuatu, manusia lebih dulu melihat strukturnya atau sosok
keseluruhannya; h) Setiap siswa pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu,
sehingga ia ingin mengupas, merusak, atau membongkar sesuatu (1991/1992: 34). Berdasarkan uraian di atas muncul
permasalahan. Pertama, bagaimanakah penggunaan langkah-langkah metode SAS
(Struktural Analitik Sintetik) yang dapat meningkatkan membaca permulaan siswa
kelas I SDN 2 Ayamputih tahun ajaran 2011/2012?. Kedua, apakah penggunaan
metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dapat meningkatkan membaca permulaan
siswa kelas I SDN 2 Ayamputih tahun ajaran 2011/2012?” Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan: langkah-langkah metode SAS (Struktural Analitik
Sintetik) yang dapat meningkatkan membaca permulaan dan peningkatan membaca
permulaan siswa kelas I SD 2 Ayamputih tahun ajaran 2011/2012.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Ayamputih Kecamatan
Buluspesantren Kabupaten Kebumen kelas I. Jumlah subjek penelitian 19 siswa
yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Waktu penelitian
dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan April 2012 semester dua tahun
ajaran 2011/2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Adapun prosedur
penelitian tindakan kelas yang diterapkan berupa perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti
membuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Adapun tahap perencanaan ini
berisi tindakan yang akan dilakukan, materi dan media yang digunakan, waktu
pelaksanaannya dan bagaimana melaksanakannya. Tahap pelaksanaan menggunakan
model Kemmis dan Taggart (1999) yang meliputi 4 tahap, yaitu rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi (Susilo, Chotimah, dan Dwitasari,
2008: 14). Tahapan ini dilakukan secara terusmenerus dan berkesinambungan
(spiral) sehingga ditemukan hasil yang optimal. Dalam pelaksanaannya, peneliti
melaksanakan tindakan dengan diamati tiga observer yang mengevaluasi jalannya
penelitian dan memberikan masukan kepada peneliti. Data penelitian berupa data
tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dalam proses pembelajaran membaca permulaan. Data dalam penelitian ini
berupa data awal (pratindakan) dan data tindakan yang merupakan hasil. Data
yang diperoleh berupa observasi terhadap pelaksanaan langkah-langkah
pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS, hasil tes secara tertulis
dan perbuatan. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa observasi, wawancara, dan tes.
Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif yang mengacu pada pendapat
Miles dan Huberman (1984), meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan dan
terus-menerus selama dan setelah pengumpulan data, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. (Sugiyono, 2008:
246-253). Adapun untuk kepentingan keabsahan data digunakan metode triangulasi
yang melibatkan guru kelas kelas I, guru kelas IV, peneliti, dan guru teman
sejawat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran membaca dengan menggunakan
metode SAS pada siswa kelas I SDN 2 Ayamputih dilaksanakan sebanyak tiga
siklus. Setiap siklus terdiri atas tiga pertemuan dengan alokasi waktu 3x35
setiap pertemuan. Hasil tindakan selama tiga siklus dapat dilihat dari
penggunaan metode SAS baik pada kegiatan guru ataupun siswa dan hasil belajar
berupa keterampilan membaca yang diperoleh siswa selama penelitian berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian yang dideskripsikan pada siklus I sampai siklus
III dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS dapat dikatakan berhasil
dalam kategori baik. Mengenai pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode SAS
bagi guru pada siklus I sampai siklus III dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Persentase Kegiatan Guru pada Siklus I, II dan III
Langkah Pemb. SAS Ratarata Kate- gori Si. I Si. II Si. III 80 88 95 88
Baik
Berdasarkan tabel 1 rata-rata langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode SAS terhadap kegiatan guru pada siklus I mencapai 80%,
sedangkan pada siklus II terjadi kenaikan sebesar 8% dan pada siklus III
mencapai 95%. Rata-rata dari semua langkahlangkah pembelajaran selama siklus I,
II dan III mencapai 88% dalam kategori baik. Mengenai rata-rata langkah
pembelajaran menggunakan metode SAS yang dilaksanakan siswa selama siklus I, II
dan III dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Persentase Kegiatan Siswa pada Siklus I, II dan III
Langkah Pemb. SAS Ratarata Kate- gori Si. I Si. II Si. III 71 82 93 82
Baik
Mengacu pada kedua table 2, pembelajaran membaca dengan
menggunakan metode SAS berjalan dengan baik yaitu terlihat pada perolehan
persentase kegiatan guru dan siswa. Guru telah melaksanakan pembelajaran
membaca dengan menggunakan metode SAS selama tiga siklus. Berdasarkan
pengamatan selama penelitian berlangsung mengalami beberapa perbaikan, dari
sepuluh langkah pembelajaran pada siklus I kemudian dikerucutkan menjadi
delapan langkah pembelajaran pada siklus II serta dimantapkan pada siklus III.
Perbaikan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan situasi dan kondisi yang
terjadi selama penelitian. Namun, pengurangan langkah pembelajaran tersebut
tidak berarti menghilangkan dasar pokok langkah pembelajaran membaca dengan
metode SAS pada teori yang ada. Solchan,
dkk. (2010) mengemukakan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS
dimulai dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh. Anak diberikan sebuah
struktur kalimat yang lengkap untuk membangun kebermaknaan pada memori anak.
Sebaiknya struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran merupakan
struktur kalimat yang digali dari pengalaman belajar anak. Oleh karena itu,
struktur kalimat dalam penelitian ini diperoleh dari cerita guru tentang gambar
yang ditampilkan pada siswa. Proses selanjutnya adalah kegiatan analitik yakni
anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh diuraikan ke dalam
satuan–satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Penguraian dilakukan
sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi yaitu
hurufhuruf. Proses yang terakhir yaitu anakanak didorong untuk melakukan kerja
sintesis (menyimpulkan). Satuan-satuan bahasa yang telah terurai menjadi satuan
bahasa yang terkecil disusun kembali menjadi satuan bahasa
semula yakni hurufhuruf menjadi suku kata, suku-suku kata menjadi kata, dan
kata-kata menjadi kalimat. Anak-anak akan menemukan kembali wujud struktur
semula yaitu kalimat yang utuh melalui proses sintesis. (hlm. 6.22). Langkah-langkah
pembelajaran yang peneliti laksanakan berjalan baik. Guru dan siswa saling
bekerjasama untuk belajar membaca, guru berkedudukan sebagai pembimbing bagi
siswa dalam belajar membaca. Kegiatan belajar mengajar tidak luput dari
keterlibatan kegiatan guru dan kegiatan
siswa. Oleh karena itu, langkah pembelajaran membaca dengan menggunakan
metode SAS mencakup kegiatan guru dan siswa. Kegiatan guru pada langkah
pembelajaran dengan menggunakan metode SAS meliputi: guru menampilkan beberapa
gambar yang disertai dengan bercerita tentang gambar; guru membimbing setiap
siswa membaca lancar kartu kalimat sesuai gambar; guru membimbing setiap siswa
berlatih untuk menguraikan kalimat hingga menjadi huruf; guru membimbing setiap
siswa membaca lancar uraian kalimat hingga huruf; guru membimbing setiap siswa
untuk menyusun huruf-huruf hingga menjadi kalimat; guru membimbing setiap siswa
membaca lancar susunan huruf hingga kalimat; guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih membaca teks bacaan yang disediakan guru secara klasikal,
kelompok dan individu; dan guru bertanya jawab dengan siswa terkait dengan isi
bacaan yang dibaca dan dihubungkan dengan kehidupan siswa. Selanjutnya, mengenai kegiatan siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode SAS juga terdiri dari delapan langkah
pembelajaran. Pertama, siswa menempelkan kartu kalimat yang sesuai gambar.
Kedua, siswa berlatih membaca lancar kartu kalimat sesuai gambar dengan
intonasi yang tepat. Ketiga, siswa berlatih menguraikan kalimat hingga huruf dengan
lancar dan tepat. Keempat, siswa berlatih membaca lancar uraian
kalimat hingga huruf dengan memperhatikan intonasi yang
tepat. Kelima, siswa berlatih menyusun huruf hingga kalimat dengan lancar dan
tepat. Keenam, siswa berlatih membaca lancar susunan huruf hingga kalimat
dengan memperhatikan intonasi yang tepat. Ketujuh, siswa berlatih membaca
lancar teks bacaan yang tersedia secara klasikal, kelompok dan individu dengan
memperhatikan intonasi yang tepat. Kedelapan, siswa bertanya jawab dengan guru mengenai
isi teks bacaan yang dibaca dan dihubungkan dengan kehidupan siswa. Kedelapan
langkah pembelajaran tersebut merupakan proses penggunaan metode SAS dalam
pembelajaran membaca pada penelitian ini. Oleh karena itu, disamping ada proses
di dalam pembelajaran tentu ada hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar yang
dicapai siswa berupa keterampilan membaca permulaan dari pratindakan ke siklus
I kemudian menuju siklus berikutnya
mengalami peningkatan. Berikut ini perolehan membaca permulaan siswa pada siklus
I, II dan III.
Tabel 3. Perolehan Membaca Permulaan Tindak- An Membaca
Permulaan Tuntas Belum Tuntas Frek. % Frek. % Pretest 6 32 13 68 Sik. I 9 45 10
55 Sik. II 14 73 5 27 Sik. III 16 84 3 16
Tabel 3 menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa semakin
meningkat. Pada kegiatan pretest, nilai ketuntasan keterampilan membaca siswa
baru mencapai 32% dengan jumlah 6 siswa. Selanjutnya pencapaian ketuntasan
keterampilan membaca pada siklus I mengalami kenaikan sebesar 13% dengan
perolehan persentase 45% sebanyak 9 siswa. Meningkat ke siklus II, persentase
ketuntasan keterampilan membaca mencapai 73% sebanyak 14 siswa. Sedangkan pada
siklus III mencapai 84% dengan jumlah siswa sebanyak 16 dan yang belum tuntas
hanya 16% yang terdiri dari 3 siswa.
Pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS pada
siswa kelas I SD Negeri 2 Ayamputih terbukti memberikan sumbangan yang berarti
bagi keterampilan membaca yang dimiliki siswa. Dengan metode SAS, siswa diberi
kesempatan untuk mengkonstruksikan pengalaman belajar membaca selama kegiatan
membaca berlangsung. Pengalaman belajar membaca diperoleh dari langkah-langkah
pembelajaran SAS. Seperti yang dikemukakan oleh Broto (1974) bahwa metode ini
dapat sebagai landasan berpikir analisis; dengan langkahlangkah yang diatur
sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat
membaca pada kesempatan berikutnya; berdasarkan landasan linguistik metode ini
akan menolong anak untuk menguasai bacaan dengan lancar (Massofa, 2008: 3).
Penggunaan metode SAS juga sesuai dengan sifat manusia. Seperti yang
dikemukakan Akhadiah, dkk. (1991/1992) bahwa dalam mengamati sesuatu, manusia
lebih dahulu melihat keseluruhannya. Selain itu, setiap siswa memiliki rasa
ingin tahu sehingga suka mengupas, merusak, membongkar sesuatu (hlm. 34). Hal
ini dapat terlihat pada langkah pembelajaran metode SAS, mulai dari proses
struktural yaitu menempelkan kartu kalimat yang sesuai gambar yang kemudian
siswa membaca kartu kalimat tersebut. Proses kedua berupa analitik, siswa belajar
menguraikan atau membongkar kalimat hingga huruf yang diikuti dengan membaca
hasil uraian tersebut. Berdasarkan pengalaman membaca hasil uraian kalimat
hingga menjadi huruf, memperoleh pemahaman tentang konsep membaca lancar. Dari
yang sebelumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversi kata menjadi lebih
mudah dalam membaca lancar kata ataupun kalimat. Proses selanjutnya sintetik
yang diikuti membaca susunan huruf hingga kalimat memberikan pemantapan siswa
untuk paham konsep membaca lancar.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Penggunaan Metode SAS
(Struktural Analitik Sintetik) dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan
Siswa Kelas I SD Negeri 2 Ayamputih Tahun Ajaran 2011/2012 dapat ditarik
kesimpulan bahwa langkah-langkah metode SAS dalam pembelajaran membaca dapat
dilaksanakan dengan baik dan dapat meningkatkan membaca permulaan siswa kelas I
SD Negeri 2 Ayamputih tahun ajaran 2011/2012. Sehubungan dengan kesimpulan di
atas, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan peneliti yang sekiranya dapat
mengembangkan ide untuk kemajuan pendidikan khususnya di tingkat sekolah dasar,
antara lain: Bagi guru, hendaknya dapat memilih dan menerapkan metode
pembelajaran yang aktif dan bermakna sesuai materi yang akan diajarkan; Bagi siswa,
diharapkan selalu siap dan mempunyai motivasi yang kuat dalam menerima
pelajaran yang akan disampaikan oleh guru; Bagi sekolah, penelitian tindakan
kelas ini dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam upaya peningkatan
kualitas guru dalam melaksanakan tugasnya; Bagi peneliti selanjutnya, dapat
dijadikan sebagai referensi dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan
pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, M. K. S,
Arsjad, M. G., Ridwan, S. K., Zulfahnur Z.F., & Mukti, U.S. (1991/1992).
Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Kependidikan. Brata. (2009).
Keterampilan Membaca. Diperoleh tanggal
18 November 2011, dari http://mbahbrataedu.blogspot.com/2010/03/ketera
mpilan-membaca.html. Massofa. 2008. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik.
Diakses dari
http://massofa.wordpress.com/200
8/06/29/metode-sas-strukturalanalitik-sintetik/ pada tanggal 16 November 2011.
Solchan, T. W, Mulyati, Y., Syarif, M., Yunus, M., Werdiningsih, E. &
Pramuki, B. E. (2010). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta. Susilo, H., Chotimah, H. & Dwitasari, Y. D.
(2008). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayumedia Publishing. Yuniawati, R.
(2008). Pelatihan Bermain Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Siswa
Kelas I SD di Kabupaten Semarang. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah.