Nama : Fajar
Ramadhan
Kelas : 2KA33
NPM : 13113163
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengambilan keputusan dalam organisasi. Proses dan teknik
pembuatan keputusan yang benar akan mengarahkan organisasi pada jalur yang tepat
dalam mencapai tujuannya. Oleh karenanya pembuatan keputusan juga harus
memperhatikan dimensi hubungan manusiawi. Pembuatan keputusan berhubungan
dengan masalah. Suatu masalah muncul karena keadaan sebenarnya berbeda dengan
yang diharapkan. Dalam banyak hal, masalah mungkin adalah peluang yang
tersembunyi. Proses penemuan masalah sering kali informal dan intuitif.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah agar setiap pemimpin dalam
organisasi bahkan setiap orang dapat mengetahui bagaimana cara mengambil
keputusan yang baik dan tidak berselisih paham dengan pihak lain atau tidak
merugikan pihak lain.
1.3 Ruang Lingkup
Dalam tulisan ini akan membahas tentang apa itu pengambilan
keputusan dalam organisasi, jenis-jenis keputusan organisasi, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Disini juga akan di jelaskan sedikit
tentang teori pengambilan keputusan, serta keuntungan dan kerugian pengambilan
keputusan dalam kelompok.
BAB 2
ISI
2.1. Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam organisasi
merupakan proses pemilihan antara berbagai alternative (Shull, Delbecq, &
Cummings, 1970). Pengambilan keputusan merupakan hasil proses komunikasi dan
partisipasi yang terus-menerus dari organisasi secara keseluruhan (melibatkan
sebanyak-banyaknya pihak yang terkait). Pada dasarnya bentuk pemilihan dari
berbagai alternatif yang dipilih dimana prosesnya melalui mekanisme tertentu
(dengan harapan mendapatkan hasil yang terbaik bagi organisasi). Menurut Ralp
C. Davis, Mary Follet, dan James A.F. Stoner, pengambilan keputusan adalah
hasil pemecahan masalah yang didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan
alternatif terbaik, dan harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan.
2.2. Jenis-jenis pengambilan keputusan
Ø Berdasarkan program dan regularitas :
1. Pengambilan keputusan
terprogram atau terstruktur
Yaitu pengambilan keputusan yang sifatnya rutinitas,
berulang-ulang, dan cara menanganinya telah ditentukan.
Pengambilan keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan
masalah terstruktur melalui :
a. Prosedur
: yaitu srangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti
oleh pengambil keputusan
b. Aturan
: yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dilakukan oleh pengambil keputusan
c. Kebijakan
: yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan
2. Pengambilan keputusan tidak
terprogram (tidak terstruktur)
Adalah pengambilan keputusan yang tidak rutin dan sifatnya
unik sehingga memerlukan pemecahan khusus.
Ø Berdasarkan tingkat kepentingannya
Pada umumnya suatu organisasi memiliki hierarki manajemen.
Secara klasik hierarki ini terdapat tiga tingkatan, yaitu :
1. Manajemen puncak yang
berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat strategis (strategic
planning). Pada manajemen puncak keputusan yang diambil adalah keputusan
strategis.
2. Manajemen menengah, yaitu
menangani permasalahan kontrol/pengawasan yang sifat pekerjaannya lebih banyak
pada masalah administrasi. Pada manajemen menengah ini keputusan yang diambil
adalah keputusan administrasi/taktis. Keputusan ini adalah keputusan yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya.
3. Manajemen operasional, yaitu
berkaitan dengan kegiatan operasional (kegiatan operasi harian). Keputusan yang
diambil pada manajemen operasional disebut keputusan operasional.
Ø Berdasarkan tipe persoalan :
1. Keputusan internal jangka
pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan kegiatan rutin/operasional,
seperti pembelian bahan baku, penentuan jadwal produksi.
2. Keputusan internal jangka panjang,
yaitu keputusan yang berkaitan dengan permasalahan organisasional, seperti
perombakan struktur organisasi, perubahan departemen.
3. Keputusan eksternal jangka pendek,
yaitu keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan yang berdampak dengan
lingkungan dalam rentang waktu yang relatif pendek, seperti mencari subkontrak
untuk suatu permintaan khusus.
4. Keputusan eksternal jangka
panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan dengan linkungan
dengan waktu yang relatif panjang, seperti merger dengan perusahaan lain dan
ini bersifat strategis.
Ø Berdasarkan lingkungannya :
1. Pengambilan keputusan dalam kondisi
pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana berlangsung:
a. Alternatif
yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti
hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan dengan pasti.
b. Keputusan
yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga dapat
diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan.
c. Dalam
kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi
dimasa yang akan datang.
d. Biasanya
selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin, karena
kejadian tertentu dimasa yang akan datang dijamin terjadi.
e. Pengambilan
keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yang bersifat
deterministik.
f. Teknik
penyelesainannya/pemecahannya biasanya menggunakan antara lain : teknik program
linier, model transportasi, model penugasan, model inventori, model
antrian, model network.
2. Pengambilan keputusan dalam
kondisi resiko, adalah pengambilan keputusan dimana berlangsung hal-hal :
a. Alternatif
yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
b. Pengambilan
keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
c. Diasumsikan
bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap
berbagai tindakan dan hasil.
d. Resiko
terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,
walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
e. Pada
kondisi ini ada informasi/data yang akan mendukung dalam membuat keputusan,
berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.
f. Teknik
pemecahannya menggunakan konsep probabilitas, seperti model keputusan
probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilisti.
3. Pengambilan keputusan dalam
kondisi tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana :
a. Tidak
diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta
kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut.
b. Pengambilan
keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau
hasil yang keluar.
c. Pengambilan
keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang
terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut.
d. Hal
yang diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
e. Tingkat
ketidakpastian keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara :
- Mencari
informasi lebih banyak
- Melalui
riset atau penelitian
- Penggunaan
probabilitas subjektif
f. Teknik pemecahannya adalah
menggunaka beberapa metode /kriteria, yaitu metode maximin, metode maximax,
metode Laplace, metode minimax regret, metode relaisme dan dibantu dengan tabel
hasil (pay off tabel).
4. Pengambilan keputusan dalam
kondisi konflik adalah pengambilan keputusan dimana :
a. Kepentingan
dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam situasi
persaingan.
b. Pengambil
keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yang rasional,
tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut.
c. Pengambil
keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan.
d. Teknik
pemecahannya adalah menggunakan teori permainan.
2.3. Proses Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam organisasi
adalah dengan melihat bagaimana suatu organisasi menggunakan metode tertentu
untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam dataran
teoritis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa
diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion),
kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan
(consensus).
a. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini sering kali digunakan oleh
para pemimpin otokratik
atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini
terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan, seperti munculnya
ketidak percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih
bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota
kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
b. Pendapat Ahli
Seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi
predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan
kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan
bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli dan
memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh
anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli
tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan
indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang
berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik;
untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak
setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
1. Posisi atau kedudukan
seseorang
a. Letak posisi
b. Tingkatan posisi
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadipenghalang untuk
mencapai tujuan, yang merupakan penyimpangan dari apa yang diharapkan,
direncanakan atau dikehendakidan harus diselesaikan. Masalah tidak selalu dapat
dikenal dengan segera, ada yang memerlukan analisis, ada pula yang bahkan
memrlukan riset tersendiri.
Masalah dibagi menjadi 2 jenis :
a. Masalah terstruktur
b. Masalah tidak terstruktur
Pembagian masalah yang lain :
a. Masalah rutin
b. Masalah insidentil
3. Situasi
Keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama
lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta
apa yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor tersebut dibedakan :
a. Faktor-faktor yang konstan
b. Faktor-faktor yang tidak konstan
4. Kondisi
Keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama
menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar
faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya(resourches).
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan
unit(kesatuan), tujuan organisasi maupun tujuan usaha, pada umumnya telah
tertentu/telah ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan
keputusan merupakan tujuan antara atau objective.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan adalah :
1. Keadaan internal organisasi
a. Dana yang tersedia
b. Keadaan sumber daya manusia
c. Kemampuan karyawan
d. Kelengkapan dari peralatan
organisasi
e. Struktur organisasi
2. Keadaan eksternal organisasi,
meliputi :
a. Keadaan ekonomi
b. Keadaan sosial
c. Keadaan politik
d. Keadaan hukum
e. Keadaan budaya, dsb
3. Tersedianya informasi yang
diperlukan
4. Kepribadian dan kecakapan
pengambil keputusan, meliputi penilaiannya, kebutuhannya, intelegensinya,
keterampilannya, kapasitasnya, dan sebagainya.
2.5. Teori pengambilan keputusan
Terdapat 4 paradigma dalam teori pengambilan keputusan,
yaitu model rasional, model organisasional, model politik dan power, dan model
garbage can.
a. Model rasional
Dalam model yang paling basic dalam pengambilan keputusan
model rational, dimana dalam perspektif ini diasumsikan bahwa setiap individu
memiliki kesamaan perilaku terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dalam riset,
perspektif ini digunakan oleh March dan Simon(1958) dan Allison(1971) dalam
membuat rational action.
b. Model organisasional
Model ini merupakan pengembangan dari model rasional dimana
dalam pengambilan keputusan, kognitif dari faktor pengambilan keputusan adalah
terbatas, dan aspek-aspek organisasi lah yang menutupi keterbatasan ‘kognitif
dan membentuk’ kognitif actor pengambil keputusan. Aspek-aspek itu bisa standar
operation procedure (Allison,1971), rutinitas dalam organisasi tidak seperti
model rasional, dimana tahapan pengambilan keputusan adalah sequential, dalam
proses perspektif ini proses pengambilan keputusan tidaklah sequential
(Mintzaberg et al., 1976). Dan linieritas dari proses pengambilan keputusan
adalah kontekstual (Nutt, 1984).
c. Model politik dan kekuasaan
Akar dari perspektif politik dalam pengambilan keputusan
adalah lmu politik. Perspektif ini melihat bahwa para pengambil keputusan
memiliki tujuan yang berbeda-beda, mereka bekerja sama melalui proses koalisi
dan preferensi dari actor yang memiliki pengaruh yang paling besar yang akan
menang. Awalnya perspektif ini digunakan untuk menjelaskan proses pengambilan
keputusan di lembaga legislative, dimana para faktor saling beradu argument dan
interes, pembentukan koalisi dan pemenang (Eisenhardt & Zbaract, 1992).
d. Model garbage can
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Cohen, Marc dan
Olsen (1972), bahwa keputusan dalam suatu organisasi terjadi dengan tidak
sengaja atau kebetulan. Teori ini merupakan reaksi dari model rasional dan
model politik, yang menurut mereka memiliki banyak kelemahan terutama dalam
memahami proses pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks, tidak stabil
dan dalam dunia yang ambiguous.
2.6. Keuntungan dan kelemahan pengambilan keputusan dalam
kelompok
1.
Keuntungan
- Kelompok menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih
lengkap, dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui sejumlah individu
sebagai bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan.
- Peningkatan keanekaragaman pandangan, dalam rangka membuka
peluang untuk lebih banyak pendekatan dan alternative yang perlu
dipertimbangkan. Hal ini dibuktikan bahwa sebuah kelompok hampir selalu akan
berkinerja baik daripada bekerja individu.
- Menghasilkan keputusan bermutu yang lebih tinggi.
- Peluang penerimaan pemecahan masalah berdasarkan keputusan
kelompok jauh lebih efektif daripada pengambilan keputusan secara individu.
2. Kelemahan
- Proses pengambilan keputusan menyita waktu yang panjang.
- Ada peluang dan kecenderungan tekanan konformitas dalam
kelompok.
- Hasrat dari anggota-anggota kelompok untuk diterima dan
dianggap sebagai suatu asset bagi kelompok itu dapat mengakibatkan
dihentikannya setiap ketidaksepakatan yang muncul.
- Keputusan kelompok dapat didominasi oleh satu atau
beberapa orang. Jika koalisi dominan ini terdiri atas anggota dengan kemampuan
rendah atau sedang, maka kefektifan seluruh kelompok akan menderita.
BAB 3
KESIMPULAN
Pengambilan keputusan dalam organisasi sangatlah penting
supaya setiap masalah yang datang dapat segera diatasi dan tidak menghambat
tujuan dari organisasi itu sendiri.
Refrensi :
1. M. Steers
Richard, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1985
2. Imam Wahjono Sentot, Perilaku
Organisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010
3. Ir. Indrawani
Sinoem, Dasar-dasar Pengambilan Keputusan, www.mdp.ac.id, 30 April 2013 : 15.10
4. Ittelkom, Dasar Pengambilan
Keputusan,http://www.ittelkom.ac.id/staf/mhd/MateriKuliah/SPPK/Handout/Bab%202%20Dasar%20Pengambilan%20Keputusan.pdf,
1 mei 2013 :09.45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar